FINIA.CO.ID | WE IS THE NEXT INSPIRATION FOR INDONESIA

WELCOME IN A NEW MEDIA ONLINE IN DOMAIN WWW.FINIA.CO.ID FINIA.CO.ID | WE IS THE NEXT INSPIRATION FOR INDONESIA

Senin, 23 Februari 2015

Jejak Tionghoa di Museum Benteng Heritag

Posted By: Brian Aryanto - 01.06
Museum Benteng Heritage, adalah sebuah bagian dari Jejak sejarah  Etnis Tionghoa di Pinggir Sungai Cisadane, betapa tidak, hampir seluruh koleksi dan cerita di dalam museum benteng ini menggambarkan kehidupan etnis Tionghoa yang bermukim di daerah Benteng atau pinggir sungai Cisadane waktu dahulu dan ada juga budaya yang masih lestari sampai sekarang seperti adat pernikahan masyarakat Tionghoa,  

Sekitar jam sembilan kami sampai di Pasar Lama di Jalan Cilame, Tangerang, ketika itu saya belum tau bahwa di Pasar lama ada museum, menurut saya, letak museumnya juga tidak terlalu mencolok karena bisa dkatakan di tengah pemukinan pasar yang dikelilingi ruko-ruko serta lapak para pedagang, sehingga kamipun blusukan ke pasar sampai tembus ke Klenteng Boen Tek Bio, dan tidak sadar kalo Museum itu sudah kami lewati, setelah bertanya-tanya ternyata Museum yang kami cari tidak jauh dari situ hanya saja bukanya jam 10.00 pagi dan kami memang terlalu bersemangat sehingga kepagian. Waktu menunggu tidak kami sia-siakan, kami blusukan sampai dermaga kecil sungai Cisadane yang juga tidak terlalu jauh dari pasar lama tersebut, di dermaga itu ada beberapa kapal yang bertengger sebagai alat penyeberangan masyarakat sekitar sekaligus disewakan untuk orang-orang yang ingin menyusuri sungai Cisadane ataupun orang-orang yang melaksanakan ritual ibadah pembebasan mahluk hidup dengan melepaskan ikan lele atau kura-kura ke tengah sungai. Singkat cerita, sambil menungguh Museum buka, kami berempat menyewa kapal menyususuri sungai Cisadane. 

Setelah menyusuri sungai, kami kembali ke museum Benteng yang katanya tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio, ternyata benar, museum Benteng tidak jauh dari klenteng Boen tek bio. Terlihat beberapa orang yang sudah menunggu di meja depan. Museum sudah dibuka bagian bawahnya, kamipun masuk dan medaftarkan diri serta membayar sekitar Rp.20.000 (dua puluh ribu rupiah per orang) dan menungguh sebentar untuk diantar oleh pemandunya secara bersama-sama dan dijelaskan mengenai isi dari Museum Benteng heritage

Tidak Boleh Berfoto

Sebelum memasuki Museum Benteng Heritage bagian dalam, pemandu menginformasikan bahwa ada larangan berfoto di bagian dalam yaitu tempat koleksi-koleksi di pajang. Sehinga kami hanya bisa berfoto-foto dibagian luar museum Padahal ingin sekali memfoto pernak-pernik dan barang-barang unik yang juga merupakan barang-barang sejarah tersebut. Pengunjung hanya boleh berfoto di lantai satu museum dan itupun yang bagian depan dan yang bagian dalam juga tetap tidak boleh.

Museum Benteng Heritage buka mulai hari selasa s/d minggu dan kusus hari senin libur dan buka pukul 10.00 sampai 15.00. Untuk bisa menyaksikan koleksi museum dan cerita bersejarahnya, pengunjung dikenakan tarif. Untuk umum Rp 20.000, pelajar Rp 10.000, mahasiswa Rp 15.000, foreigner Rp 50.000, dan heritage walk Rp 50.000 untuk rombongan lebih dari 10 orang.




Di ruangan tungguh terpampang lukisan-lukisan yang menggambarkan kegiatan dan kondisi waktu lampau, kondisi masyarakat dan bangunan serta gambaran pasar lama waktu dahulu

Waktu sudah menunjukkan jam 11.00 tepat, pemandu mengajak kita masuk keruangan tengah, disana terdapat meja-meja dan bangkuh yang kokoh serta pemandu menjelaskan dengan memperlihatkan dokumentasi-dokumentasi asal usul museum dan kegiatan-kegiatan yang dimulai dari membersikan sampai dengan saat merestorasi bangunan tersebut.

Walaupun direstorasi tetapi  tidak merubah struktur bangunan yang ada dan tetap mempertahankan bentuk serta bahan asli bangunan.tersebut, kegiatan restorasi hanya berupaya mengembalikan seperti keadaan semula, kegiatan restorasi tidak dilakukan sembarangan, bahkan dilakukan kajian serta melibatkan orang yang ahli pada bidang tersebut yang kebetulan mau berpartisipasi dan restorasi ini memerlukan waktu hampir dua tahun sehingga akhirnya  pada 11 November 2011 pukul 20.11, Museum Benteng Heritage pun diresmikan.

Museum Benteng heritage Ini adalah museum peranakan Tionghoa pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia dan sudah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional

Museum ini, memiliki dua lantai. Lantai satu museum ini dijadikan ruangan tungguh dan tiket dibagian depannya sedangkan dibagian dalam sebagai restoran, tempat gathering, dapur, penjualan suvenir, buku-buku lama dan sebagai tempat menceritakan sejarah museum benteng tersebut serta dibagian belakang ada sedikit tanah dan taman sederhana dan toilet. 

Sesudah memaparkan seluk beluk museum maka kami diajak ke lantai dua yangmana kita bisa menemukan berbagai barang-barang antik dan artefak koleksi museum yang berkaitan dengan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia serta sepintas sejarah asal usul perkembangan masyarakat Tionghua yang berada di Tangerang serta kaitannya denga cerita Laksmana Besar Cheng Ho pada waktu itu.

Selain koleksi pribadi dan peninggalan dari bangunan tersebut, benda-benda yang berada di Museum Benteng Heritage juga sebagian sumbangan orang-orang Cina Benteng, dari generasi ke generasi. Dikumpulkan juga berbagai barang berusia ratusan tahun seperti serpihan kapal besar milik Cheng Ho 

Koleksi-koleksi Museum Benteng diantaranya adalah perangkat atau alat-alat perjudian jaman dahulu, timbangan opium dan timbangan-timbangan antik lainnya, jadi ringkas kata, bahwa koleksi dimuseum ini mulai dari perlengkapan kehidupan sehari-hari, pakaian yang meliputi sepatu mini jaman dahulu hingga motif kainnya, peralatan tidur dan gentong air waktu itu serta ada beberapa senjata dan patung para dewa-dewa.

Tidak ketinggalan juga ada koleksi kamera tua serta berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno juga ada dan diletakkan secara khusus diruanagn terpisah serta akan dibuka bila ada pemiliknya saja yaitu bapak Udaya Halim.

Museum ini bangunan tidak hanay untuk menyimpan barang-barang antik, namun juga untuk melestarikan kembali tradisi budaya tionghua yang unik. menurut pemandu Museum, pernah ada warga asli Tiongkok yang mengunjungi museum ini, setelah dijelaskan dan diputarkan video mengenai adat serta ritual yang masih berlangsung, orang tiongkok tersebut berkata bahwa di negaranya asli sana, budaya-budaya tersebut sudah mulai hilang.

Selain koleksi antik dan melestarikan budaya Tionghua, Museum Benteng Heritage juga sering digunakan untuk acara pertemuan masyarakat, pernikahan dan fashion show serta acara Festival lainnya yang menarik lainnya.

Semoga Museum Benteng Heritage semakin lama semakin berkembang dan menjadi rujukan bagi warha Tionghua dalam mempelajari nilai-nilai budaya dan jejak-jejak peradapan masa lalu

Jumat, 20 Februari 2015

Kuil Boen Tek Bio

Posted By: Brian Aryanto - 01.23

Patung naga itu bertengger di atas bangunan klasik sebuah klenteng dan tidak tau mengapa tiba-tiba saya sangat tertarik dengan klenteng ini yaitu klenteng boen tek bio. Waktu itu saya hanya beniatan untuk menyusuri sungai Cisadane saja dan melwati pasar Tangeran lama, berkelak kelok dan berhimpitan dengan para pedagang dan pembeli. Tak jauh dari situ tepatnya di pertigaan jalan yang tidak terlalu besar, terdapat sebuah klenteng, tiba-tiba kami bertiga berembuk kalo kami ingin mengambil gambar dan ingin masuk ke klenteng tersebut, dengan santai kami meminta izin kepada satpam yang menjaga klenteng tersebut dan dengan rama beliau mempersilahkan kita untuk mengisi buku tamu dan memberitahukan area yang boleh dilintasi dan area yang tidak boleh dilintasi, sekaligus memberi arahan tanda-tanda serta bagian-bagian yang mana kita harus melepas alas kaki kita.
Dari bangunannya terlihat benar bahwa bangunan ini berumur sangatlah tua, alas-alas terakota yang kokoh berwarna merah menghampar sebagai jalan, sebagai keharusan dan adat, apabila ada salah satu terakota yang rusak atau barang apapun yang rusak, maka harus diganti sama persis sesuai dengan barang yang sebelumnya, sehingga bentuk dan keasliannya masih terjaga dari masa kemasa sampai saat ini. 

Setelah mengobrol santai dengan para penjaga di Klenteng Boen Tek Bio ternyata  klenteng tersebut salah satu klenteng tertua yang berada di wilayah Tangerang, jadi ketemu nih satu lagi destinasi Culture & heritagenya tangerang, yaitu Boen Tek Bio

Bangunan klasik ini menjadi penanda dari bukti bukti peradaban warga Tangerang saat itu. Bukti adanya keselarasan dan ada kerukunan yang harmonis  dalam kehidupan warga Tangerang. 

Boen Tek Bio, sebuah klenteng pertama di kota Tangerang yang dibangun kurang lebih pada abad 17an di kawasan yang kini dikenal dengan nama Pasar Lama. Para leluhur mereka membuka permukiman baru di tepian sungai Cisadane itu sekitar akhir abad ke-17.

Boen Tek Bio  namanya bisa diartikan sebagai klenteng kebajikan (Boen=Sastra, Tek=Kebajikan, dan Bio=Tempat Ibadah), Masyarakat pendiri Boen Tek Bio sangat sadar akan arti pentingnya klenteng, Selain sebagai tempat beribadah, klenteng juga mempunyai fungsi sosial sebagai tempat komunitas berkumpul guyup dan menyelesaikan masalah, sehinggah Klenteng merupakan sarana untuk menyatukan banyak komunitas, dan klenteng juga mempunyai peranan penting dalam stabilitas daerah itu.

Semakin terpelajar dan semakin terdidik sebuah bangsa, maka warganya tidak mempermasalahkan RAS, bukahkan sebuah perbedaan adalah anugra untuk saling mengenal dan memperkaya kazanah hidup, baik tatanan sosial maupun individu


Lokasi
Lokasi Klenteng Boen Tek Bio, berada di pasar lama tangerang selatan, tepatnya di persimpangan jalan bhakti dan jalan cilame, pasar lama Tangerang Banten


Tempat Makan
Untuk mencari makan, anda tidak perlu repot, karena kanan miri klenteng Boentek Bio ini banyak penjual makanan dan kebetulan Klenteng ini berdekatan dengan pasar, sehingga bisa sekalian berbelanja keperluan dapur


Tempat Wisata Terkait
Tempat wisata terkait dengan Klenteng Boen Tek Bio adalah Sungai Cisadane dan Museum Benteng Heritage, kedua tempat wisata ini sangat berdekatan dengan Klenteng Boen Tek Bio, anda tinggal berjalan kaki

Tips
Mohon memberi informasi atau laporan dulu kepada penjaga Klenteng jika anda ingin memasuki Klenteng Boen tek Bio dan mengambil gambar.


Lonceng Raksasa
Lonceng Raksasa tua yang elok di halaman Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang ini konon berasal dari negeri Tionghoa dan dibuat kurang lebih tahun 1835.

Senin, 26 Januari 2015

"surga" Curug Kawung #3

Posted By: Brian Aryanto - 05.38


Setelah menikmati Curug Nangka dan Curug Daun, seolah-olah badan tidak merasakan apa-apa lagi karena sudah cukup terpuaskan dengan pemandangan Curug Nangka terutama.

Dengan sedikit berjalan kaki diatas bebatuan yang cukup besar, kecil dan disamping aliran air akhirnya tiba di Curug paling akhir. Curug itu dikenal dengan nama Curug Kawung.

Curug Kawung sendiri sebagai hulu dari Curug Daun dan Curug Nangka, air yang mengalir dari Curug Kawung sebagai sumber dari air yang mengalir di Curug Daun dan Curug Nangka. Jadi Curug Kawung-lah sebagai sumber dari dua surga Curug Daun dan Curug Nangka.

Jarak dari Curug Daun ke Curuk Kawung ini sekitar 1 km dengan kondisi jalan setapak yang memiliki kontur jalan naik turun dengan pemandangan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya.  Tinggi Curug Kawung sekitar 25 meter, air tercurah turun dengan riangnya melewati bebatuan yang tampak hitam kokoh serta letaknya di ceruk dikelilingi bukit yang hijau. Lokasi curug ini cukup terbuka dengan aliran sungai yang sedang

Ini air asli dari perut bumi, airnya segar dan dari curug inilah, air mengalir ke curug-curug lainnya yang ada di bawahnya,




Tidak hanya wisatawan lokal saja yang kesini, kebetulan waktu itu ada wisatawan asing juga sekitar lima orang, Sempat bangga, setidaknya Curug Nangka, Curug Daun dan Curug Kawung juga dinikmati oleh Wisatawan asing sehingga memperlihatkan bahwa Indonesia sangat menarik bagi Wisatawan Asing. Tidak hanya wisatawan lokal yang mengabadikan momennya dengan berfoto-foto, begitu jga dengan wisatawan asing, dengan raut wajah yang gembira dan senyum yang mengembang, mereka juga mengabadikan momen-momennya di Curug Kawung dengan berfoto-foto ria


SEJARAH

Sebab atau asal muasal curug ini diberi nama Curug Kawung karena ketika musim penghujan dan saat debit air bertambah tinggi sehingga menambah volume rintikan air dari atas air terjun tersebut jatuh dan menerpa bebatuan di bawahnya sehingga terdengar seperti mengeluarkan suara yang berbunyi wung...wung.. wung.. atau terdengar seperti kawung, awung. lebih-lebih ketika airnya deras sekali maka terdengar seperti aungan harimau.

Menurut beberapa sumber dari warga setempat dan apa bila kita perhatikan dan juga di curug tersebut ada batu yang menyerupai bentuk wajah atau kepala harimau. 

Dipercayai bahwa batu tersebut merupakan penampakan dari Prabu Siliwangi. Harimau memang sering dilambangkan sebagai bentuk kekuatan dari Kerajaan dan Prabu Siliwangi sehingga dipercayai bahwa Curug ini mempunyai kekuatan tersendiri, yaitu orang yang mandi ataupun berendam di curug tersebut akan memiliki sifat seperti Harimau. �Berkharisma, ditakuti dan disegani. 

LOKASI
Terletak di Desa Warung Loa, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Rute jalan menggunakan angkot: 
Kita naik angkot 03 jurusan Bogor-Ciapus dari terminal Ramayana Bogor.  Berhenti di tujuan akhir yaitu pertigaan sebelum pintu gerbang. Di pertigaan ini ada papan penunjuk jalan, bila belok kiri kearah Curug Nangka, dan belok kanan kearah Curug Luhur.  Setelah kita turun dari angkot, kita berjalan kaki menuju pintu gerbang sejauh 700 meter.

Berjarak sekitar 25 km dari Kota Bogor melalui Ciapus  yang mana dapat ditempuh sekitar 30 sampai 45 menit berkendara hingga pintu gerbang dan dilanjutkan dengan jalan kaki sepanjang �1,5 km.  Kondisi jalan menuju curug ini beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat.

WARUNG
dI dalam lokasi Curug, tepatnya setelah kita masuk melalui gerbang dan didekat lahan parkiran, maka terlihat berjajar warung-warung makanan, jadi jangan takut kelaparan yang penting bawa duit

NB: jangan lupa bawa baju ganti dan bajuh basah kalo mau basah-basahan. di dekat setiap Curug ada ruangan untuk buang air kecil atau ganti pakaian

Sedikit terlihat sampah, maka dari itu jangan ikut-ikutan membuang sampah sembarangan hehehe

Senin, 12 Januari 2015

Surga Curug Daun di Curug Nangka #2

Posted By: Brian Aryanto - 21.34
Setelah aku menemukan Curug Nangka, aku semakin penasaran dengan Curuq daun dan Curug Kawung, setidaknya, itulah rentetan surga di Curug Nangka

dari curug nangka ternayata curug daun tidak begitu jauh, dari Curug Nangka kita hanya kembali ke arah aliran sungai waktu kita masuk dan menyusuri jalan setapak hingga kelihatan ujung dari curug Nangka, dari situ kita menyusuri sungai menjadi aliran dari curug Nangka.

Curug Daun, meskipun Curugnya tidak terlampau tinggi tetapi memiliki aliran air yang cukup deras sehingga bisa dibuat perosotan sama anak-anak. Ketinggian Curug Daun ini berkisar hanya sekitar 6 - 7 meter.

Untuk Curug Daun, ada juga mitos atau kisah yang berkembangan menyelimuti keberadaan curug ini. Curug ini diberikan nama Daun karena bentuknya yang menyerupai daun. Selain itu, nama daun itu dipercaya akan memberikan keberuntungan bagi tiap orang yang mandi atau berendam di sana, yaa itulah mitos. 

Tapi banyak juga yang percaya kalau mandi di sini akan naik daun. Sebab itu dinamakan curug Daun, andai saja tadi saya mandi di curug Nangka dan Curug Daun, mungkin selain saya naik daun juga naik nangka hehehe� 

kejernihan dan kesejukan air membuat sensasi sendiri saat dipegang. Banyak juga pengunjung yang berendam di air terjun ini. Entah karena ingin merasakan dingin dan segarnya air atau percaya dengan mitos yang ada :D

Tidak jauh dari Curug Daun terdapat dua kolam atau Leuwi, penduduk setempat menyebutnya Leuwi Jurig dan Leuwi Anjangan. Untuk cerita kolam atau Leuwi Jurig dan Anjangan saya akan tuliskan nanti (kalo tidak lupa dan tidak malas) hehehe.

Untuk Curug Daun terbilang lebih banyak anak-anak yang menikmati, dikarenakan airnya deras dan curugnya tidak terlalu tinggi. Yap, setidaknya dengan melihat anak-anak kecil bermain dengan riang gembira memberikan sebuah hiburan yang menyenangkan di dalam hati saya dan sebuah aliran ketenangan yang mengalir bersama kenangan masa kecil saya hehehe, Yaa oke lah, aku sebut ini surga kedua-ku.

Apabila anda ke Curug Nangka, jangan lupa ke Curug Daun dan Curuk Kawung, semuanya satu area yang berdekatan, jangan takut mengenai makanan dan minuman, disana cukup banyak warung-warung penjual makanan dan minuman.

Copyright © 2013 FINIA.CO.ID™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.