FINIA.CO.ID | WE IS THE NEXT INSPIRATION FOR INDONESIA

WELCOME IN A NEW MEDIA ONLINE IN DOMAIN WWW.FINIA.CO.ID FINIA.CO.ID | WE IS THE NEXT INSPIRATION FOR INDONESIA

Latest Updates

Senin, 23 Februari 2015

Jejak Tionghoa di Museum Benteng Heritag

Posted By: Brian Aryanto - 01.06
Museum Benteng Heritage, adalah sebuah bagian dari Jejak sejarah  Etnis Tionghoa di Pinggir Sungai Cisadane, betapa tidak, hampir seluruh koleksi dan cerita di dalam museum benteng ini menggambarkan kehidupan etnis Tionghoa yang bermukim di daerah Benteng atau pinggir sungai Cisadane waktu dahulu dan ada juga budaya yang masih lestari sampai sekarang seperti adat pernikahan masyarakat Tionghoa,  

Sekitar jam sembilan kami sampai di Pasar Lama di Jalan Cilame, Tangerang, ketika itu saya belum tau bahwa di Pasar lama ada museum, menurut saya, letak museumnya juga tidak terlalu mencolok karena bisa dkatakan di tengah pemukinan pasar yang dikelilingi ruko-ruko serta lapak para pedagang, sehingga kamipun blusukan ke pasar sampai tembus ke Klenteng Boen Tek Bio, dan tidak sadar kalo Museum itu sudah kami lewati, setelah bertanya-tanya ternyata Museum yang kami cari tidak jauh dari situ hanya saja bukanya jam 10.00 pagi dan kami memang terlalu bersemangat sehingga kepagian. Waktu menunggu tidak kami sia-siakan, kami blusukan sampai dermaga kecil sungai Cisadane yang juga tidak terlalu jauh dari pasar lama tersebut, di dermaga itu ada beberapa kapal yang bertengger sebagai alat penyeberangan masyarakat sekitar sekaligus disewakan untuk orang-orang yang ingin menyusuri sungai Cisadane ataupun orang-orang yang melaksanakan ritual ibadah pembebasan mahluk hidup dengan melepaskan ikan lele atau kura-kura ke tengah sungai. Singkat cerita, sambil menungguh Museum buka, kami berempat menyewa kapal menyususuri sungai Cisadane. 

Setelah menyusuri sungai, kami kembali ke museum Benteng yang katanya tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio, ternyata benar, museum Benteng tidak jauh dari klenteng Boen tek bio. Terlihat beberapa orang yang sudah menunggu di meja depan. Museum sudah dibuka bagian bawahnya, kamipun masuk dan medaftarkan diri serta membayar sekitar Rp.20.000 (dua puluh ribu rupiah per orang) dan menungguh sebentar untuk diantar oleh pemandunya secara bersama-sama dan dijelaskan mengenai isi dari Museum Benteng heritage

Tidak Boleh Berfoto

Sebelum memasuki Museum Benteng Heritage bagian dalam, pemandu menginformasikan bahwa ada larangan berfoto di bagian dalam yaitu tempat koleksi-koleksi di pajang. Sehinga kami hanya bisa berfoto-foto dibagian luar museum Padahal ingin sekali memfoto pernak-pernik dan barang-barang unik yang juga merupakan barang-barang sejarah tersebut. Pengunjung hanya boleh berfoto di lantai satu museum dan itupun yang bagian depan dan yang bagian dalam juga tetap tidak boleh.

Museum Benteng Heritage buka mulai hari selasa s/d minggu dan kusus hari senin libur dan buka pukul 10.00 sampai 15.00. Untuk bisa menyaksikan koleksi museum dan cerita bersejarahnya, pengunjung dikenakan tarif. Untuk umum Rp 20.000, pelajar Rp 10.000, mahasiswa Rp 15.000, foreigner Rp 50.000, dan heritage walk Rp 50.000 untuk rombongan lebih dari 10 orang.




Di ruangan tungguh terpampang lukisan-lukisan yang menggambarkan kegiatan dan kondisi waktu lampau, kondisi masyarakat dan bangunan serta gambaran pasar lama waktu dahulu

Waktu sudah menunjukkan jam 11.00 tepat, pemandu mengajak kita masuk keruangan tengah, disana terdapat meja-meja dan bangkuh yang kokoh serta pemandu menjelaskan dengan memperlihatkan dokumentasi-dokumentasi asal usul museum dan kegiatan-kegiatan yang dimulai dari membersikan sampai dengan saat merestorasi bangunan tersebut.

Walaupun direstorasi tetapi  tidak merubah struktur bangunan yang ada dan tetap mempertahankan bentuk serta bahan asli bangunan.tersebut, kegiatan restorasi hanya berupaya mengembalikan seperti keadaan semula, kegiatan restorasi tidak dilakukan sembarangan, bahkan dilakukan kajian serta melibatkan orang yang ahli pada bidang tersebut yang kebetulan mau berpartisipasi dan restorasi ini memerlukan waktu hampir dua tahun sehingga akhirnya  pada 11 November 2011 pukul 20.11, Museum Benteng Heritage pun diresmikan.

Museum Benteng heritage Ini adalah museum peranakan Tionghoa pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia dan sudah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional

Museum ini, memiliki dua lantai. Lantai satu museum ini dijadikan ruangan tungguh dan tiket dibagian depannya sedangkan dibagian dalam sebagai restoran, tempat gathering, dapur, penjualan suvenir, buku-buku lama dan sebagai tempat menceritakan sejarah museum benteng tersebut serta dibagian belakang ada sedikit tanah dan taman sederhana dan toilet. 

Sesudah memaparkan seluk beluk museum maka kami diajak ke lantai dua yangmana kita bisa menemukan berbagai barang-barang antik dan artefak koleksi museum yang berkaitan dengan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia serta sepintas sejarah asal usul perkembangan masyarakat Tionghua yang berada di Tangerang serta kaitannya denga cerita Laksmana Besar Cheng Ho pada waktu itu.

Selain koleksi pribadi dan peninggalan dari bangunan tersebut, benda-benda yang berada di Museum Benteng Heritage juga sebagian sumbangan orang-orang Cina Benteng, dari generasi ke generasi. Dikumpulkan juga berbagai barang berusia ratusan tahun seperti serpihan kapal besar milik Cheng Ho 

Koleksi-koleksi Museum Benteng diantaranya adalah perangkat atau alat-alat perjudian jaman dahulu, timbangan opium dan timbangan-timbangan antik lainnya, jadi ringkas kata, bahwa koleksi dimuseum ini mulai dari perlengkapan kehidupan sehari-hari, pakaian yang meliputi sepatu mini jaman dahulu hingga motif kainnya, peralatan tidur dan gentong air waktu itu serta ada beberapa senjata dan patung para dewa-dewa.

Tidak ketinggalan juga ada koleksi kamera tua serta berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno juga ada dan diletakkan secara khusus diruanagn terpisah serta akan dibuka bila ada pemiliknya saja yaitu bapak Udaya Halim.

Museum ini bangunan tidak hanay untuk menyimpan barang-barang antik, namun juga untuk melestarikan kembali tradisi budaya tionghua yang unik. menurut pemandu Museum, pernah ada warga asli Tiongkok yang mengunjungi museum ini, setelah dijelaskan dan diputarkan video mengenai adat serta ritual yang masih berlangsung, orang tiongkok tersebut berkata bahwa di negaranya asli sana, budaya-budaya tersebut sudah mulai hilang.

Selain koleksi antik dan melestarikan budaya Tionghua, Museum Benteng Heritage juga sering digunakan untuk acara pertemuan masyarakat, pernikahan dan fashion show serta acara Festival lainnya yang menarik lainnya.

Semoga Museum Benteng Heritage semakin lama semakin berkembang dan menjadi rujukan bagi warha Tionghua dalam mempelajari nilai-nilai budaya dan jejak-jejak peradapan masa lalu

Jumat, 20 Februari 2015

Kuil Boen Tek Bio

Posted By: Brian Aryanto - 01.23

Patung naga itu bertengger di atas bangunan klasik sebuah klenteng dan tidak tau mengapa tiba-tiba saya sangat tertarik dengan klenteng ini yaitu klenteng boen tek bio. Waktu itu saya hanya beniatan untuk menyusuri sungai Cisadane saja dan melwati pasar Tangeran lama, berkelak kelok dan berhimpitan dengan para pedagang dan pembeli. Tak jauh dari situ tepatnya di pertigaan jalan yang tidak terlalu besar, terdapat sebuah klenteng, tiba-tiba kami bertiga berembuk kalo kami ingin mengambil gambar dan ingin masuk ke klenteng tersebut, dengan santai kami meminta izin kepada satpam yang menjaga klenteng tersebut dan dengan rama beliau mempersilahkan kita untuk mengisi buku tamu dan memberitahukan area yang boleh dilintasi dan area yang tidak boleh dilintasi, sekaligus memberi arahan tanda-tanda serta bagian-bagian yang mana kita harus melepas alas kaki kita.
Dari bangunannya terlihat benar bahwa bangunan ini berumur sangatlah tua, alas-alas terakota yang kokoh berwarna merah menghampar sebagai jalan, sebagai keharusan dan adat, apabila ada salah satu terakota yang rusak atau barang apapun yang rusak, maka harus diganti sama persis sesuai dengan barang yang sebelumnya, sehingga bentuk dan keasliannya masih terjaga dari masa kemasa sampai saat ini. 

Setelah mengobrol santai dengan para penjaga di Klenteng Boen Tek Bio ternyata  klenteng tersebut salah satu klenteng tertua yang berada di wilayah Tangerang, jadi ketemu nih satu lagi destinasi Culture & heritagenya tangerang, yaitu Boen Tek Bio

Bangunan klasik ini menjadi penanda dari bukti bukti peradaban warga Tangerang saat itu. Bukti adanya keselarasan dan ada kerukunan yang harmonis  dalam kehidupan warga Tangerang. 

Boen Tek Bio, sebuah klenteng pertama di kota Tangerang yang dibangun kurang lebih pada abad 17an di kawasan yang kini dikenal dengan nama Pasar Lama. Para leluhur mereka membuka permukiman baru di tepian sungai Cisadane itu sekitar akhir abad ke-17.

Boen Tek Bio  namanya bisa diartikan sebagai klenteng kebajikan (Boen=Sastra, Tek=Kebajikan, dan Bio=Tempat Ibadah), Masyarakat pendiri Boen Tek Bio sangat sadar akan arti pentingnya klenteng, Selain sebagai tempat beribadah, klenteng juga mempunyai fungsi sosial sebagai tempat komunitas berkumpul guyup dan menyelesaikan masalah, sehinggah Klenteng merupakan sarana untuk menyatukan banyak komunitas, dan klenteng juga mempunyai peranan penting dalam stabilitas daerah itu.

Semakin terpelajar dan semakin terdidik sebuah bangsa, maka warganya tidak mempermasalahkan RAS, bukahkan sebuah perbedaan adalah anugra untuk saling mengenal dan memperkaya kazanah hidup, baik tatanan sosial maupun individu


Lokasi
Lokasi Klenteng Boen Tek Bio, berada di pasar lama tangerang selatan, tepatnya di persimpangan jalan bhakti dan jalan cilame, pasar lama Tangerang Banten


Tempat Makan
Untuk mencari makan, anda tidak perlu repot, karena kanan miri klenteng Boentek Bio ini banyak penjual makanan dan kebetulan Klenteng ini berdekatan dengan pasar, sehingga bisa sekalian berbelanja keperluan dapur


Tempat Wisata Terkait
Tempat wisata terkait dengan Klenteng Boen Tek Bio adalah Sungai Cisadane dan Museum Benteng Heritage, kedua tempat wisata ini sangat berdekatan dengan Klenteng Boen Tek Bio, anda tinggal berjalan kaki

Tips
Mohon memberi informasi atau laporan dulu kepada penjaga Klenteng jika anda ingin memasuki Klenteng Boen tek Bio dan mengambil gambar.


Lonceng Raksasa
Lonceng Raksasa tua yang elok di halaman Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang ini konon berasal dari negeri Tionghoa dan dibuat kurang lebih tahun 1835.

Senin, 26 Januari 2015

"surga" Curug Kawung #3

Posted By: Brian Aryanto - 05.38


Setelah menikmati Curug Nangka dan Curug Daun, seolah-olah badan tidak merasakan apa-apa lagi karena sudah cukup terpuaskan dengan pemandangan Curug Nangka terutama.

Dengan sedikit berjalan kaki diatas bebatuan yang cukup besar, kecil dan disamping aliran air akhirnya tiba di Curug paling akhir. Curug itu dikenal dengan nama Curug Kawung.

Curug Kawung sendiri sebagai hulu dari Curug Daun dan Curug Nangka, air yang mengalir dari Curug Kawung sebagai sumber dari air yang mengalir di Curug Daun dan Curug Nangka. Jadi Curug Kawung-lah sebagai sumber dari dua surga Curug Daun dan Curug Nangka.

Jarak dari Curug Daun ke Curuk Kawung ini sekitar 1 km dengan kondisi jalan setapak yang memiliki kontur jalan naik turun dengan pemandangan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya.  Tinggi Curug Kawung sekitar 25 meter, air tercurah turun dengan riangnya melewati bebatuan yang tampak hitam kokoh serta letaknya di ceruk dikelilingi bukit yang hijau. Lokasi curug ini cukup terbuka dengan aliran sungai yang sedang

Ini air asli dari perut bumi, airnya segar dan dari curug inilah, air mengalir ke curug-curug lainnya yang ada di bawahnya,




Tidak hanya wisatawan lokal saja yang kesini, kebetulan waktu itu ada wisatawan asing juga sekitar lima orang, Sempat bangga, setidaknya Curug Nangka, Curug Daun dan Curug Kawung juga dinikmati oleh Wisatawan asing sehingga memperlihatkan bahwa Indonesia sangat menarik bagi Wisatawan Asing. Tidak hanya wisatawan lokal yang mengabadikan momennya dengan berfoto-foto, begitu jga dengan wisatawan asing, dengan raut wajah yang gembira dan senyum yang mengembang, mereka juga mengabadikan momen-momennya di Curug Kawung dengan berfoto-foto ria


SEJARAH

Sebab atau asal muasal curug ini diberi nama Curug Kawung karena ketika musim penghujan dan saat debit air bertambah tinggi sehingga menambah volume rintikan air dari atas air terjun tersebut jatuh dan menerpa bebatuan di bawahnya sehingga terdengar seperti mengeluarkan suara yang berbunyi wung...wung.. wung.. atau terdengar seperti kawung, awung. lebih-lebih ketika airnya deras sekali maka terdengar seperti aungan harimau.

Menurut beberapa sumber dari warga setempat dan apa bila kita perhatikan dan juga di curug tersebut ada batu yang menyerupai bentuk wajah atau kepala harimau. 

Dipercayai bahwa batu tersebut merupakan penampakan dari Prabu Siliwangi. Harimau memang sering dilambangkan sebagai bentuk kekuatan dari Kerajaan dan Prabu Siliwangi sehingga dipercayai bahwa Curug ini mempunyai kekuatan tersendiri, yaitu orang yang mandi ataupun berendam di curug tersebut akan memiliki sifat seperti Harimau. �Berkharisma, ditakuti dan disegani. 

LOKASI
Terletak di Desa Warung Loa, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Rute jalan menggunakan angkot: 
Kita naik angkot 03 jurusan Bogor-Ciapus dari terminal Ramayana Bogor.  Berhenti di tujuan akhir yaitu pertigaan sebelum pintu gerbang. Di pertigaan ini ada papan penunjuk jalan, bila belok kiri kearah Curug Nangka, dan belok kanan kearah Curug Luhur.  Setelah kita turun dari angkot, kita berjalan kaki menuju pintu gerbang sejauh 700 meter.

Berjarak sekitar 25 km dari Kota Bogor melalui Ciapus  yang mana dapat ditempuh sekitar 30 sampai 45 menit berkendara hingga pintu gerbang dan dilanjutkan dengan jalan kaki sepanjang �1,5 km.  Kondisi jalan menuju curug ini beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat.

WARUNG
dI dalam lokasi Curug, tepatnya setelah kita masuk melalui gerbang dan didekat lahan parkiran, maka terlihat berjajar warung-warung makanan, jadi jangan takut kelaparan yang penting bawa duit

NB: jangan lupa bawa baju ganti dan bajuh basah kalo mau basah-basahan. di dekat setiap Curug ada ruangan untuk buang air kecil atau ganti pakaian

Sedikit terlihat sampah, maka dari itu jangan ikut-ikutan membuang sampah sembarangan hehehe

Senin, 12 Januari 2015

Surga Curug Daun di Curug Nangka #2

Posted By: Brian Aryanto - 21.34
Setelah aku menemukan Curug Nangka, aku semakin penasaran dengan Curuq daun dan Curug Kawung, setidaknya, itulah rentetan surga di Curug Nangka

dari curug nangka ternayata curug daun tidak begitu jauh, dari Curug Nangka kita hanya kembali ke arah aliran sungai waktu kita masuk dan menyusuri jalan setapak hingga kelihatan ujung dari curug Nangka, dari situ kita menyusuri sungai menjadi aliran dari curug Nangka.

Curug Daun, meskipun Curugnya tidak terlampau tinggi tetapi memiliki aliran air yang cukup deras sehingga bisa dibuat perosotan sama anak-anak. Ketinggian Curug Daun ini berkisar hanya sekitar 6 - 7 meter.

Untuk Curug Daun, ada juga mitos atau kisah yang berkembangan menyelimuti keberadaan curug ini. Curug ini diberikan nama Daun karena bentuknya yang menyerupai daun. Selain itu, nama daun itu dipercaya akan memberikan keberuntungan bagi tiap orang yang mandi atau berendam di sana, yaa itulah mitos. 

Tapi banyak juga yang percaya kalau mandi di sini akan naik daun. Sebab itu dinamakan curug Daun, andai saja tadi saya mandi di curug Nangka dan Curug Daun, mungkin selain saya naik daun juga naik nangka hehehe� 

kejernihan dan kesejukan air membuat sensasi sendiri saat dipegang. Banyak juga pengunjung yang berendam di air terjun ini. Entah karena ingin merasakan dingin dan segarnya air atau percaya dengan mitos yang ada :D

Tidak jauh dari Curug Daun terdapat dua kolam atau Leuwi, penduduk setempat menyebutnya Leuwi Jurig dan Leuwi Anjangan. Untuk cerita kolam atau Leuwi Jurig dan Anjangan saya akan tuliskan nanti (kalo tidak lupa dan tidak malas) hehehe.

Untuk Curug Daun terbilang lebih banyak anak-anak yang menikmati, dikarenakan airnya deras dan curugnya tidak terlalu tinggi. Yap, setidaknya dengan melihat anak-anak kecil bermain dengan riang gembira memberikan sebuah hiburan yang menyenangkan di dalam hati saya dan sebuah aliran ketenangan yang mengalir bersama kenangan masa kecil saya hehehe, Yaa oke lah, aku sebut ini surga kedua-ku.

Apabila anda ke Curug Nangka, jangan lupa ke Curug Daun dan Curuk Kawung, semuanya satu area yang berdekatan, jangan takut mengenai makanan dan minuman, disana cukup banyak warung-warung penjual makanan dan minuman.

Selasa, 11 November 2014

Tiga Surga di Curug Nangka #1

Posted By: Brian Aryanto - 00.05
Sebentar lagi pagi, dan pagi ini berbeda dengan pagi kemaren, karena pagi ini ku ingin mencari surga yang tersembuyi di belahan bumi tuhan. surga dunia yang aku dambakan bukanlah sebuah surga yang penuh bidadari, alunan lagu merdu maupun limpahan perhiasan dunia (maaf saya munafik hehehe), saya hanya mencari sebuah tempat yang bisa memberi saya ketenangan dan tempat itu akan saya sebut surga. 
Jalan menuju surga ternyata tidak mudah dan memang benar-benar tidak mudah, butuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan menuju surga, tapi saya yakin dalam cobaan pasti ada manfaat dan pendewasaan diri.

#1.cobaan pertama saya adalah tidak punya uang, tapi saya yakin, uang bukanlah segala galanya karena masih ada Tuhan, dan tuhan memberi saya banyak teman dan dari teman saya itulah saya dapat banyak pinjaman uang dan malahan lebih dari cukup, "benar Tuhan itu maha pemurah"
#2. Cobaan ke dua adalah jadwal yang molor, dan tetap saya saya bawa santai, karena pasti ada hikma dan manfaatnya. Pagi itu aku menjemput teman homoanku, yaitu mas Kamal pengasuh blog www.wisataindonesia.biz, "homoan?" yaaa setidaknya itulah kata teman-teman yang melihat saya yang selalu bersama dia, dan memang kalo boleh diakui dalam kurun waktu tiga tahun ini, waktu saya banyak bersamaaan dengan dia, karena selain sahabat dia juga teman sepekerjaan dan mungkin dari situlah saya dianggap pacaran, tapi sudahlah, kata orang dulu "biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap mencari surga. Ternyata didalam cobaan jadwal yang molor, tersuguhkanlah kopi hangat yang membuat saya semakin gairah. yaaa ini lah hikmahnya jika menjadi seorang sabar menungguh.
kami sudah berkumpul empat orang, si Kamal dengan pasangannya dan aku dengan pasanganku si Agus. jam tujuh pagi kami memutuskan untuk berangkat dan memutuskan untuk ke Curug Nangka, sebuah destinasi yang menurut informasi sangat oke, yaaa mungkin disana ada surga. 

Tersesat Dengan Sengaja
Dalam perjalanan kami yang berliku untuk menemukan curug Nangka, kami tersesat ke Curug Luhur, sebenarnya kami sudah dikasih tau bahwa jalan yang kami tuju itu jalan menuju Curug Luhur yang kurang lebih satu kilo meter dan kalo ke Curug Nangka akan menempuh jarak 6 Kilo meter, maka kami dengan sengaja menuju ke Curug Luhur dengan harapan bisa melihat suasana yang tenang, indah dan bernuansa alam. Tiba di Curug Luhur, suasananya jauh dari apa yang kami harapkan, suasana alamnya sudah banyak di modifikasi dan jauh dari suasana alam serta ongkos masuknyapun saya kira sangat mahal.
Kami hanya foto-foto sebentar diluarnya dan melihat sekeliling dan memutuskan untuk mencari Curug Nangka. Dengan gembira kami keluar dari parkiran Curug Luhur dan menuju Curug Nangka, yaaaa meskipun Curug Luhur kurang memenuhi hasrat kami, tapi kami setidaknya sudah pernah kesana dan mendapatkan sesuatu dari Curug Luhur, yaitu sebuah keluhuran hati untuk tidak saling menyalahkan satu sama lain karena ini adalah pilihan kami, pilihan untuk Tersesat Dengan Sengaja ke Curug Luhur.

Menuju Curug Nangka

Menurut info, bahwa Curug Nangka Tidak jauh dari Curug Luhur. Ternyata benar, Curug Nangka tidak Jauh dari Curug Luhur dan Sampailah kami di gerbang masuk ke area curug Nangka dan kami membayar Rp 7.500 yang seharusnya untuk satu orang, ternyata penunggu gerbang tiket mengatakan bahwa nanti masuk lagi dan ada pembayaran Rp 7.500 lagi. Dalam hati saya berprasangka dan dalam fikiran saya mengingat-ingat kalo gak salah seharusnya  cuman bayar Rp 7.500 sekali saja dan mengapa untuk pembayaran yang ke dua tidak ada tanda bukti tiket atau informasi pembayaran dan lain-lain, tapi sudahlah saya gak mau fikir panjang masalah bayar membayar, toh saya sudah dapat hutangan duit yang lebih dari cukup, biar alam saja yang menjawab.

Merasakan Hawa Surga 
Disini saya merasakan hawa surga, udaranya segar, jalan yang bagus, dan pepohonan hijau yang subur dan beberapa dari kita mengabadikan kesempatan ini untuk berfoto-foto. dan tidak jauh dari situ kami sudah melihat banyak mobil dan motor yang diparkir, maka kami yakin bahwa Curug Nangka sudah dekat dan harapan saya, bahwa di Curug Nangka nantinya akan ada Surga, yaitu sebuah tempat yang bisa memberi saya ketenanga.
Setelah mendapat informasi ternyata kami harus turun ke bawah sebelah kanan dari pintu masuk dan menyusuri sungai untuk sampai pada Curug nangka karena sungai ini merupakan bagian atas (hulu) dari Curug Nangka yang mana airnya mengalir ke bawah membentuk air terjun dan mengalir lagi menjadi sungai ini. ternyata seruh banget karena harus menyusuri sungai dan saya semakin yakin bahwa disini akan ada surga seperti yang saya maksud, ditambah lagi bahwa bahwa saya mendapat teman yang banyak banget, dari tulisan di baju mereka yang kompak banget, saya melihat tulisan Lancaster, mungkin itulah nama group mereka, yaitu Lancaster. Jujur saya tidak tau makna dari Lancester, tapi saya tau mengenai kekompakan mereka, kereenn. Sempat berfikir saya ingin bergabung dengan mereka, tapi saya perhatikan ternyata member mereka semuanya Perempuan sehingga saya agak segan dan jujur banyak dari mereka dan hampir semua dari member lancaster,  saya naksir, soalnya mereka orangnya enjoy, cakep-cakep dan manis-manis. tapi keinginan saya untuk naksir mereka saya endapkan dalam-dalam ke lubuk hati, karena saya melihat hampir semua baju yang di pake mereka ada tulisan yang intinya kita boleh tanya apa saja kecuali "Jangan Tanya Kapan Kawin!"(ngenes) tapi saya yakin, ini sebuah pertanda bahwa surga itu sudah dekat, karena banyak bidadari di sekelilingku yaitu anak-anak lancaster (gombal) .

kurang lebih selama 15 menit menyusuri sungai, bebatuan dan diantara himpitan tebing, seolah kami berjalan di alam lain, dikarenakan suasananya sangat berbeda. 
Setelah rasa penasaran dan kedamaian bercampur aduk, terlihatlah sebuah reruntuhan air yang jatuh diantara lingkaran tebing, jatuh dengan tenang seolah angin dari senjutahan jemari Tuhan turun ke Bumi, untuk menyentuh tangan tangan hambanya yang menengadah (halah sok puitis), yaah inilah surga tuhan yang pertama dalam expedisiku di Curug Nangka dan surga itu juga bernama curuk nangka.
 Ku bernafas dalam-dalam membiarkan segala hembusan udara memasuki rongga dada serta aku biarkan serpihan air yang lembut mendinginkan segala raga dan menyejukkan jiwa. Tuhan, disinilah ku temukan kedamaian, dan disinilah ku temukan surgamu. Tak lama kemudian aku teringat dengan bidadari-bidadari Lancaster (belum ada bukti yang valid mengenai gender mereka, tapi anggaplah mereka perempuan dan sebagai bidadari hehehe). Oh iya, bidadari yang perkasa dan menarik itu aku ajak berfoto ria dalam naungan selembar spanduk yang sedang aku junjung sebagi naungan motivasi, yaitu sapanduk Wonderful Java. Setelah Berfoto ria, aku baru menyadari, dalam keindahan sorga yang diturunkan Tuhan ke Bumi, Tuhan menciptakan pula mahluk-mahluk yang sempurna, sebagai kaca benggala, bahwa sang pencipta lebih sempurnah. dalam kedamaian surga Tuhan di Curug Nangka, aku merasa, dalam lumuran dosa-dosa hambanya ternyata Tuhan masih memberikan sesuatu yang indah, yang patut untuk dicari, diperjuangkan dan di sukuri. ini baru awal, karena disini masih ada dua tempat yang aku anggap sebagai surga.

Sebelum melangkah untuk Surga selanjutnya, dalam hati aku berteriak dengan rasa syukur thanks god i'm traveller

Selasa, 30 September 2014

Alam Dan Sumatera Barat

Posted By: Brian Aryanto - 20.19
"Sumatera Barat, destinasi yang harus kalian jelajahi" menurut saya adalah sebuah kata pembuka yang pantas untuk menggambarkan kekaguman dan rasa kangen saya untuk kembali ke Sumatera Barat.

Subuh itu di Bandara Soekarno Hatta, saya janjian dengan beberapa temen untuk memulai trip ke Sumatera barat, tidak ada perasaan senang, suka maupun penasaran, karena di benak saya, Sumatera Barat mungkin biasa-biasa saja meskipun kenyataannya berbanding terbalik dan sebuah kenyataan bahwa Sumatera Barat menyimpan banyak destinasi Cantik dan membuat kita kangen seolah-olah ingin kembali kesana.

Dengan perasaan biasa-biasa seperti yang sudah saya katakan, saya terbang dari Jakarta menuju Bandara Internasional Minangkabau di Sumatera barat bersama Garuda. saya sempat tertidur karena ketenangan dan kenyamanan didalam pesawat. Ketika membuka mata, saya melihat hamparan awan dilangit sungguh membuat perasaan tenang dan nyaman. Sempat terbesit didalam hati, bahwa hamparan awan yang indah itu adalah sebuah pertanda bahwa trip kami ke Sumatera Barat kali ini merupakan trip yang akan menyenangkan.

Sesampainya  di Bandara Internasional Minangkabau, kami mendadak menyewa mobil sekalian supirnya yang banyak mangkal di sekitar bandara, dan tujuan kita pertama kali adalah mencari sarapan yang  tidak jauh dari sekita bandara.
Beberapa puluh meter setelah keluar dari Bandara Internasional Minangkabau,  kami menemukan warung  dengan menu soto dan ketupat sayur  serta hidangan telur rebus yang sudah ada diatas meja. Kebanyakan kami memesan soto dan tidak bisa dipungkiri bahwa sotonya sangat enak, perpaduan bumbu, takaran penyajian yang pas dan campuran dendeng daging yang kering menambah kelezatan serta keunikan dari hidangan soto ini.
Setelah sarapan, perjalanan kami mulai lagi dengan tujuan Danau Maninjau. Dalam perjalan menuju danau maninjau, kami sempat beberapa kali berhenti untuk mengambil foto-foto pemandangan alam yang indah, suasana yang asri dengan alam yang masih hijau dan perpaduan masyarakat lokal menjadikan kesan tersendiri.

Waktu sudah mendekati terik siang dan saatnya untuk makan, maka kami putuskan untuk mampir di warung Takana Juo, smp negeri tiku. Warung Takana juo ini sekilas mirip denga warung-warung biasa, tampilan sederhana dengan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu dan atap rumbiah membuat terkesan biasa sekali, akan tetapi melihat parkiran di sekitar penuh dengan mobil-mobil serta cerita bahwa warung takana juo selain murah, lezat dan banyak orang-orang penting yang sudah singgah di tempat ini.

Sungguh-sungguh dasyat masakan di warung takana juo ini, ikan-ikan lautnya masih segar-segar, rasa bumbunya pas dan serasi banget serta harganya murah banget, sehingga bisa saya ambil kesimpulan bahwa warung takana juo ini mempunyai masakan dengan cita rasa hotel mewah namun harganya murah semurah-murahnya.

Warung takana juo sudah kita tinggalkan dengan kesan masakannya yang begitu lezat, dan kami melesat menuju danau maninjau serta penasaran dengan kelok empat-empat yang menjadi rute event Tour De Singkarak.

Kami berhenti sebentar di danau Maninjau dan memutuskan untuk naik ke kelok empat-empat dengan rencana berhenti di warung kopi salah satu keloknya untuk menikmati pemandangan danau maninjau. Ternyata nama kelok empat empat adalah sebutan jalan yang menanjak dengan jumlah kelok sebanyak empat puluh empat yang menjadi rute dilewatinya peserta event Tour De Singkarak.

Dari kelok empat-emat kami menuju Bukit Lawang dimana kami bisa melihat hampir keseluruan hamparan Danau Maninjau dan sungguh menakjubkan, sayangnya kami datang agak kesorean sehingga agak kelihatan sepi dan paralayangnya juga sudah tutup, meskipun sudah tutup, saya merasa cukup terhibur dengan melihat indahnya danau maninjau dari bukit lawing


Belum puas merasakan keindahan danau Maninjau dari Bukit Lawang, kami semua harus segera ke Bukittinggih untuk beristirahat dan makan malam dengan menu spesial ayam pop.

Pagi setelah istirahat di Bukittinggi, kami langsung bergegas menuju Lembah Harau dan dalam perjalanan, kami mampir ke jam Gadang
Selain Jam Gadang, sebenarnya ada beberapa objek wisata yang ada di Bukit Tinggih, seperti Goa Jepang dan lainnya, hanya saja waktu kami yang sangat terbatas, sehingga kami hanya singgah di Jsm Gadang saja untuk jalan-jalan sebentar diantara kerumunan warga local dan para wisatawan lainnya dan di jam gadang ini juga saya cuman sebentar sekali, karena kami harus bergegas menuju ke destenasi berikutnya.

Lembah Harau, sungguh keajaiban alam yang diciptakan Tuhan sebagai pertanda bahwa Tuhan maha Kuasa dan maha pemura, dengan segala kemurahannya, tuhan menciptakan jajaran bukit denganpemandangan indah bernama Lembah Harau.

Lembah Harau merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Tempat ini dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.


Suasananya segar dengan berbagai macam tumbuhan dan bebatuhan raksasa. bersepeda merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan di Lembah harau karena mempunyai nilai petualangan yang sangat mengagumkan.

Belum lagi tempatnya dilalui beberapa buah sungai yang jernih dan beberapa air terjun yang membuat kita benar-benar merasakan suasana segar

Dilembah Harau ini kami berpetualang dan menjelajah kebanyak tempat meskipun tidak ke semua tempat. Tiada kata lain selain indah, indah dan sunggu indah

Tak terasa sudah dua hari di Lembah Harau dan terasa begitu kurang, tapi mau tidak mau kami harus berangkat ke Air manis Kota Padang. Dada semakin berdebar-debar �ada destinasi yang menakjubkan apalagi di padang� fikirku didalam hati

Perjalan ke padang sedikit sedih, karena saya begitu kurang puas menikmati Lembah Harau, tapi kesedihan saya sedikit terobati dengan melihat berbagai macam pemandangan indah, bahkan kami sempat beberapa kali berhenti untuk memotret-motret pemandangan Sumatera Barat diantaranya Kelok Sembilan.


 Bangunan megah arcitektur di Sumatera Barat
Saat dalam perjalanan Menuju ke Kota Padang, kita sempat beristirahat disamping jalan dan aq iseng ngambil foto-foto menarik jreng-jreeeeeng foto kerbau hehehehe
Perjalannanlanjut lagi ke Istana Pagaruyung, kebetulan suasana di Istana Pagaruyung ramai sekali karena ada acara, dan istananya sungguh megah
Sesampainya di kota Padang, kami tidak langsung ke villa air manis, kita mampir di sate padang Nira, dan sumpah, memang gak rugi mampir di warung ini, satenya enak dan gurih, serta racikan bumbunya pas. Perjalanan kami mulai lagi tapi tidak langsung ke Villa Air Manis, melainkan kami tergoda oleh cerita semerbak harumnya durian Sumatera Barat, maka kami mampir mencari durian dan sungguh tidak saya sangka kalo durian Sumatera Barat begitu manis dan lezat hemmmmmmm �Memang Tuhan menciptakan durian untuk kebahagiaan umat manusia� belum lagi ditambah ketan dan semakin dasyat sehingga malam itu kami bisa ditur pulas dan mimpi indah.


Hari terakir kami di Sumatera Barat dengan perjalanan Island Hopping menuju pulau-pulau indah di kecamatan Bungus Teluk Kabung, kota Padang. Tujuan kita adalah pulau sekuai, tapi kami beberapa kali mampir di beberapa pulau karena selain pulau dikuai banyak pulau-pulau yang berdekatan yang sangat indah, meskipun tidak semua pulau kami singgahin karena alasan waktu. Pulau yang pertama kali kami singgahin adalah pulau Pasumpahan, dengan air yang jerni dan beberapa prahu tradisiobnal nelayan bertengger untuk membetulkan jaring.

selanjutnya kami berhenti disebuah pulau yang saya lupa menanyakan nama pulaunya, yang saya tau disana banyak buah kelapa. Dan disana pula kami makan siang dengan makanan sari laut dan bumbu khas Sumatera Barat, kegiatan kami isi dengan renang, mengambil foto dan video. 

Sesaat itu kami pindah di sebuah pulau bernama Pulau Pamisahan yang pasirnya putih bersih dan yang terakhir kami bermain di pulau Sekuai yang keindahan sudah terkoyak tapi tetap menampilkan keindahan alam yang patut untuk kita datangi dan  begitu banyakpengalamannya sulit saya ceritakan dan sebaiknya anda kesana.

Balik lagi ke Puncak Air Manise, mendaki sampai puncak dan dari puncak melihat pantai malinkundang, dengan memakai peralatan lengkap Paragliding, kami satu persatu meloncat di temani pemandu paragliding.
melompat dari ketinggian menujuh ke bawah dan teriak KEEEEREEEENNNNNNN

Nanti ke Sumatera Barat lagi Aaaahhhh

Jumat, 12 September 2014

Angkringan Sego Kucing

Posted By: Brian Aryanto - 08.49

Sudah lama mas-mas angkringan langganan saya tidak jualan lagi, terkadang kalau malam saya sering nongkrong di Angkringan Sego Kucing ini, tepatnya di kota Tangerang Selatan yang masuk wilayah Propinsi Banten dan boleh juga dibilang perbatasan antara Banten dan Jakarta Selatan karena saking dekatnya, yaaaa kira-kira selemparan kancut sudah sampai, bahkan kalo kesandungpun langsung masuk wilayah Jakarta selatan. Dengan beberapa bangku dan lesehan khas angkringan, saya nongkrong untuk menikmati wedang jahe, yaa selain wedang jahe juga msih banyak menu camilan lainnya seperti sate daging, sate telor puyuh, sate kikil, tempe bacem, tahu bacem, uli bakar, tahu isi, dan banyak lagi macamnya.

Angkringan ini terasa menyenangkan bagi saya, dengan lampu yang temaram, masakan yang enak dan susu jahe dengan aroma segar serta tempatnya nyaman.

Oh iya, satu lagi... sambelnyaa maknyus banget. 

SCIENCE & TECHNOLOGY

Games & Multimedia

Copyright © 2013 FINIA.CO.ID™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.